Bogor - Lahan pertanian seluas 74 Hektar yang berada di dua Desa wilayah Kecamatan Leuwiliang kabupaten Bogor rusak parah. Kerusakan area pertanian tersebut disebabkan banjir bandang sungai Cisarua dan sungai Ciaul pada Rabu (22-06-2022) silam.
Informasi yang dihumpun, tercatat 74 Hektar area persawahan dan tanaman ubi ubian rusak tertutup metrial lumpur pasir akibat bencana alam di dua Desa tersebut.
" Untuk saat sekarang kita masih terpokus membersihkan lumpur yang menumpuk di rumahnya , terkait lahan yang kami miliki itu 3 kotak sawah terendam air sekarang lahan tersebut di tertutup pasir dan batu krikil, " terang Abdul salah satu petani Kampung Cisarua kepada wartawan (30/06/22).
Dirinya saat ini mencoba menanam padi, namun usahanya tersebut tidak bisa dilakukan karena lahan tersebut dipenuhi pasar dan Kerikil.
" Kemari kita baru menebar bibit padi untuk tiga kotak sawah, tetapi lahan itu kayanya tidak bisa untuk di tanami padi karana banyak pasir dan batu krikil, " Ujarnya
Staff Perencanaan Pembangunan Desa Purasari Soleh, mengemukakan dampak banjir bandang yang menghantam perkampungan dan arel persawahan.
"Sekitar 39 Ha lahan pertanian di Desa Purasari rusak terendam lumpur material pasir, , batu batuan dan sampah pepohonan akibat terbawa arus air sungai", terangnya.
"Saat ini kami menunggu evakuasi, belum bisa mengambil sikap untuk di garap lagi, naum kita terus berkoordinasi dalam menangani bantuan untuk kita salurkan kepada warga yang terkena dampak", Sambungnya
Sementara itu Sekretaris Desa Puraseda Asep Ruhiyat menegaskan dampak banjir Cipuraseda yang merusak persawahan warga tercatat 35 Ha.
"Banjir di sungai Cipuraseda aliran dari Cisarua dan Sungai Ciaul yang muaranya di sungai Cipuraseda, dengan kejadian tersebut, perlu di buatkan TPT dan saluran irigasi agar air tidak meluap ke lahan pertanian di kampung tengah atau perkampung", ucap Sekdes Puraseda Asep Ruhiyat.
Ditempat berbeda Kepala UPT Pengairan dan Irigasi V Leuwiliang Rudy mengingatkan bencana alam tersebut suatu teguran.
Rudy berpesan untuk mengembalikan wilayah tersebut seperti dulu kala, yakni melindungi dan menjaga alam.
"Kaitan sungai cisarua, paling hanya kembali kepada kearifan lokal, sebab kalau alam sudah bicara ya seperti itu cara mengingatkan kita semua, " *** ( Sep hurung )